Daun
mint merupakan salah satu rempah-rempah yang dapat dimanfaatkan dalam keadaan masih
segar maupun dalam keadaan kering. Minyak atsiri mint dapat diperoleh dengan
mengisolasi daun mint. Kandungan kimia minyak atsiri mint terdiri dari mentol
(50%), menton (10-30%), mentil asetat (10%), dan derivat monoterpen lain
seperti pulegon, piperiton, dan mentafuran.
Sumber gambar : skepat-lombok.blogspot.com |
Nama Ilmiah
|
Mentha
arvensis L
|
Sinonim
|
-
|
Nama
Lokal
|
Bijanggut (Sunda),
Poko (Jawa Tengah)
|
Familia
|
Labiate
|
Ordo
|
Solanales
|
Terpene adalah derivat dari isoprene dengan formula
molekul (C5H8)n dan dihasilkan oleh tumbuhan (Kriste, 2003). Terpene merupakan konstitusi utama dari
minyak esensial dari kebanyakan tumbuhan termasuk pohon mint (Mentha arvensis).
Terpene yang disemprotkan ke nyamuk akan membuat satu lapisan tipis yang
menutupi spirakel atau rongga tempat nyamuk bernafas, sehingga menyebabkan asfiksia
sehingga menyebabkan kematian
pada nyamuk. Di
sisi lain, partikel kristal minyak ini juga menembus masuk ke dalam eksoskeleton nyamuk, berakumulasi
di bawah lapisan proteksi ini dan menyebabkan terbentuknya lubang-lubang kecil
sehingga partikel beraroma dari minyak ini dapat masuk ke dalam badan nyamuk.
Partikel kristal mengabsorbsi cairan tubuh nyamuk sehingga menyebabkan dehidrasi
manakala partikel beraromanya memberikan efek kepada sistem saraf nyamuk
sehingga menyebabkan kematian nyamuk (Cranshaw, 2009).
Selain itu, tanin pada daun mint bersifat sebagai
cholinasterase inhibitor yang merusak sistem
saraf nyamuk. Sistem
syaraf nyamuk terdiri dari otak
dan neuron. Neuron adalah sel syaraf yang menghantar impuls ke seluruh organ di dalam badan nyamuk. Sinyal yang menstimulasi neuron dibawaoleh enzim asetilkolin. Stimulasi dari sinyal ini bagaimanapun di hambat oleh enzim lain yang memecahkan enzim asetilkolin yaitu
enzim asetikolinasterase.
Apabila tanin mempenetrasi
dinding badan nyamuk, cholineasterase inhibitor akan melewati sinap di sistem
syarafnya dan menghambat kerja asetilkolinasterase
yaitu memecahkan asetilkolin, maka kerja asetilkolin berjalan terus
tanpa
henti sehingga seluruh
sistem organ rusak dan menjadi disfungsi dan berakhir dengan
kematian nyamuk (CMCD,2008). Tanin
berperan penting
sebagai
insektisida karena menyebabkan rusaknya membran
dinding sel (bagian
luar
yang membentuk struktur badan
nyamuk) sehingga nyamuk mati (Hisanori, 2001).
Dalam daun mint juga terdapat flavonoid. Peran
larvasida flavonoid terjadi melalui mekanisme hambatan sintesa asam nukleat
(DNA) larva, yang menyebabkan kematian larva tersebut. Golongan flavonoid dapat
digambarkan sebagai deretan senyawa
C6-C3-C6. Efek flavonoid
terhadap organisme bermacam- macam. Salah satu diantaranya adalah juga sebagai
inhibitor pernafasan larva (Cowan,1999). Peran flavonoid sebagai insektisida
adalah menghambat makanan nyamuk dan juga bersifat toksik. Flavonoid yang
dikonsumsi masuk ke dalam organ utama pencernaan nyamuk, yaitu ventrikulus akan
terserap bersama sari makanan sehingga
menurunkan aktivitas enzim
pencernaan dan penyerapan makanan. Selanjutnya akan diedarkan ke seluruh bagian
tubuh nyamuk oleh hemolimfe. Akibatnya, aktivitas nyamuk seperti metabolism, pertumbuhan dan
pergerakan terhambat sehingga akhirnya nyamuk mati (Dinata, 2008). Dalam daun mint senyawa Mentol dan linalool,
mempengaruhi neurotransmisi, menghambat transpor ion, anestetik
Sumber :
Verpoorte,
R. and A.W. Alfermann. 2000. Metabolic engineering of plant secondary metabolism.
Springer. 1-3pp.
http://ff.unair.ac.id/sito/index.phpsearch=Mentha+arvensis&p=1&mode=search&more=true&id=172
diakses 14 April 2014 pukul 15.22 WIB
http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/kedokteran/dewi%20arum%20sawitri%20_0710710034_.pdf
diakses 14 April 2014 pukul 15.22 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar